Review Buku A Perfect Day to Be Alone
Judul Buku: A Perfect Day to Be Alone
Penulis: Nanae Aoyama
Penerbit: Maclehose Press
Jumlah Halaman: 150 halaman
Tahun Publikasi: 2024
A Perfect Day to Be Alone bercerita tentang Chizu yang pindah ke Tokyo setelah ibunya pindah ke China untuk bekerja. Chizu tinggal bersama Ginko, seorang kerabat jauh yang berusia 71 tahun, di sebuah rumah dekat stasiun kereta. Kehidupan bersama Ginko membawa Chizu pada perjalanan penemuan diri. Melalui interaksi dengan Ginko dan pengalaman sehari-hari, Chizu mulai memahami dirinya sendiri lebih dalam. Novel ini menggambarkan proses pertumbuhan Chizu, dari seorang remaja yang manja dan sedikit egois menjadi sosok yang lebih dewasa dan bertanggung jawab.
Novel ini mengeksplorasi tema kesepian, pencarian jati diri, dan tekanan sosial yang dihadapi oleh orang dewasa muda, terutama wanita muda di Jepang. Chizu menjalani berbagai pekerjaan paruh waktu dan hubungan yang tidak memuaskan, sambil mencoba menjalin hubungan dengan Ginko. Meskipun mereka tinggal bersama, hubungan mereka canggung dan tidak berkembang menjadi persahabatan yang mendalam.
Penulis dengan cermat menggambarkan interaksi manusia yang realistis dan kontras antara generasi yang berbeda melalui karakter Chizu, ibunya, dan Ginko. Novel ini juga menyoroti perbedaan jalan hidup yang diambil oleh setiap karakter, dengan Ginko yang menjalani hidup yang memuaskan meskipun usianya sudah lanjut, sementara Chizu berjuang menemukan tujuan dan koneksi dalam hidupnya.
Beberapa hal menarik yang bisa kita ambil dari buku ini:
- Self-Exploration: Novel ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang makna hidup, kesepian, dan pentingnya hubungan interpersonal.
- Character Development: Perkembangan karakter Chizu dari seorang remaja yang manja menjadi sosok yang lebih dewasa dan mandiri sangat terasa.
- Relatabilitas: Banyak pembaca akan menemukan refleksi diri dalam karakter Chizu, yang pernah merasa bingung dan kehilangan arah.
- Gaya Penulisan:Nanae Aoyama berhasil menciptakan suasana yang tenang dan kontemplatif melalui gaya penulisannya yang sederhana namun mendalam.
Dengan gaya narasi yang lambat dan karakter utama yang mungkin tidak disukai semua pembaca, Namun, perkembangan karakternya yang gradual membuat pembaca dapat memaklumi sikapnya. Novel ini menawarkan pengamatan tajam tentang budaya kontemporer Jepang dan isu-isu sosial yang lebih luas terkait dengan masa dewasa. A Perfect Day to Be Alone adalah bacaan yang kontemplatif dan memberikan banyak hal untuk dipikirkan
0 comments