Cap Go Meh - Satu Makanan, Banyak Budaya — Normal People ID

Cap Go Meh - Satu Makanan, Banyak Budaya

Cap Go Meh


Judul: Cap Go Meh
Penulis: Sofie Dewayani
Ilustrator: Eugenia Gina
Penerbit: Litara
ISBN : 8796027015890
Jumlah Halaman: 32 halaman
Tahun Publikasi: 2014


Buku Cap Go Meh Berawal dari Nisa yang bercerita jika Lontong Cap Go Meh dimakan saat Lebaran, sedangkan di rumah Lili Lontong Cap Go Meh dimakan saat Imlek. Ternyata makanan yang sama bisa jadi favorit masyarakat dengan kebudayaan yang berbeda.


Dalam dialek Hokkien Cap Go Meh berarti hari kelima belas (Cap = Sepuluh, Go = Lima, Meh = Malam). Itulah kenapa, istilah Cap Go Meh dipakai masyarakat Tionghoa untuk melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek.


Cap Go Meh bercerita tentang akulturasi antara keturunan Tionghoa dan masyarakat Jawa melalui Lontong Cap Go Meh. Makanan ini dibuat oleh warga keturunan Tionghoa dengan menggunakan tanaman dan rempah-rempah Jawa. Setiap unsur makanan ini memiliki makna simbolik tersendiri. Seperti potongan lontong yang bulat melambangkan bulan purnama, sementara warna merah pada sambal mewakili harapan atas kebahagiaan hidup. Masyarakat Jawa ternyata menyukai Cap Go Meh dan sekarang makanan ini turut menjadi simbol perayaan Idul Fitri di sebagian wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Timur.


Pemilihan warna dalam ilustrasi gambar sangat colorful dan menggambarkan suasana hari besar seperti lebaran dan imlek. Gambar karakterpun cukup besar sehingga cukup “eye catching” untuk anak. Jika dilihat pada cover depan gambar pun memiliki arti yang mendalam, dimana karakter Nisa memegang lampion khas imlek, yang merupakan lambang hari besar Lili dan Karakter Lili yang memegang lampion ketupat, dimana melambangkan hari besar dari agama Nisa. Gambar tersebut menyampaikan sebagai manusia harus bisa menghormati dan menghargai perbedaan. Dan bagaimana makanan bisa menyatukan dua golongan yang berbeda,


0 comments